KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Oleh : NUR MUARIFAH
CGP ANGKATAN 7
Sebagai seorang guru saya seringkali merasa penuh pertanyaan. Mengapa para coach dalam ajang pencarian bakat dalam entertainment mampu mengantarkan para pemilik bakat menjadi profesional?, Mengapa sebagai guru saya belum bisa seperti itu?. Dan pada akhirnya saya sebagai guru diberi kesempatan belajar tentang coaching, saya bersyukur atas sebuah keberkahan ini. Menurut saya sebagai guru memang perlu memahami bahwa murid kita bukanlah kertas kosong. Murid datang dengan berbagai latar belakang kemampuan dan potensi. Satu sesi yang menurut saya sesuatu yang sangat berharga yaitu saat praktek coaching. Saya bisa merasakan perbedaan antara saat menjadi coach dan saat menjadi coachee. Keduanya memiliki tantangan yang berbeda. Dengan praktek coaching saya juga merasa seperti mendapat seberkas cahaya yang akan menuntun saya menjadi seseorang yang mampu membooster dan mengeluarkan potensi-potensi orang lain yang dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Dalam coaching tugas guru adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu guru juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka. Sebagai guru saya mencari pengetahuan dari berbagai media. Melalui baca buku, webinar, tayangan media sosial untuk menjawab rasa penasaran tentang bagaimana seseorang berbakat semakin terasah bakatnya. Sebagai guru ketika di kelas saya mencoba menggali dan fokus pada kelebihan murid dengan terus memotivasi murid untuk memahami apa kelebihan atau bakat dirinya sendiri agar saya sebagai guru bisa membantu memaksimalkan kelebihan tersebut. Keinginan dan impian saya bisa mengantarkan para murid berprestasi, bermanfaat, menciptakan pengalaman berharga dan tentu menjadi kebanggaan sekolah, orang tua dan diri murid sendiri. Namun menurut saya selama ini belum seperti yang saya harapkan. Hingga akhirnya belajar tentang coaching.
Sesuai dengan filosofi KHD yang tertuang dalam trilogi Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, dan sistem among menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.
Salah satu keterampilan yang diperlukan guru adalah keterampilan coaching. Keterampilan coaching diperlukan karena murid adalah sosok merdeka yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya serta meningkatkan potensinya sendiri, murid hanya memerlukan dorongan dan arahan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensinya. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan coaching dapat membantu guru dalam memerankan diri sebagai coach bagi murid. Agar murid menjadi lebih merdeka baik, merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang. Murid dapat hidup di masa depan dengan pengelolaan emosi, mampu bersosialisasi dengan baik, memiliki tujuan positif dan bertanggung jawab hingga akhirnya dapat hidup bahagia dan selamat.
Prinsip dan paradigma berpikir coaching juga dapat membuat proses supervisi akademik fokus kepada pemberdayaan untuk mengembangkan kompetensi diri dan kemandirian dalam konteks sebuah instansi pendidikan. Ini diperlukan untuk meningkatkan kompetensi rekan sejawat atau bagi seorang kepala sekolah yang menginginkan peningkatan guru atau tenaga kependidikan dalam sekolah tersebut. Dalam coaching seseorang juga dilatih meningkatkan kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Seperti halnya yang saya dapatkan dari sesi coaching pak Ary Ginanjar dalam akun YouTube Sunaryo D Beddu yang mengatakan bahwa skill coaching meaning maker dengan teknik coaching IQ, EQ dan SQ perlu dimiliki leader. Dimana sebuah skill leader yang mampu memantik potensi timnya dalam hal kemampuan intelektual, emosional bahkan spiritual. Karena dalam coaching seorang coachee didorong memutuskan sebuah ide, sikap, atau tindakan yang muncul dari diri coachee sendiri. Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif yang bertanggung jawab sebagai bentuk manajemen diri yang dapat membantu kerja sama dalam tim manajemen instansi. Dan sebuah peningkatan sistem pendidikan tentunya diperlukan para guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan melaksanakan keputusan yang bertanggung jawab tidak hanya bagi instansinya tetapi juga kepada sisi spiritualnya untuk mencapai sebuah tujuan.
Coaching muncul dipicu oleh adanya keunggulan yang ingin dicapai. Arahnya dari masa kini ke masa depan, ada tujuan yang ingin dicapai dan ada potensi-potensi yang ingin dimaksimalkan dalam proses pencapaian tujuan. Seorang coach harus menguasai strategi tinggi memahami proses-proses dan mampu berpikir kreatif dan selalu dapat melihat apakah dibalik sebuah pribadi terdapat potensi. Dalam coaching terdapat hubungan kemitraan yang setara. Coach fokus mendengarkan secara aktif dan mengantarkan coachee mengambil keputusan sendiri. Berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi/hubungan positif. Jika hubungan antara seorang kepala sekolah sebagai coach dengan seluruh komunitas sekolah memiliki kemitraan yang baik maka diasumsikan iklim sekolah nyaman dan memiliki budaya positif. Sekolah dengan budaya positif maka akan meningkatkan kualitas akademik sekolah tersebut.
Dalam coaching terdiri kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, menyimak dengan seksama. Untuk bisa menghadirkan diri secara penuh seorang coach dan coachee bisa menggunakan teknik STOP atau mindfullnes lalu mengajukan Pertanyaan berbobot dan mendengarkan dengan RASA. Seorang coach menghadirkan diri sepenuhnya atau presence, selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara, mengajukan pertanyaan berbobot agar dapat menstimulasi pemikiran coachee untuk mengungkapkan emosi dan mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Dan seorang coach perlu mendengarkan dengan RASA(Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask). Coach harus memiliki ketrampilan atau seni berkomunikasi untuk bisa memantik pertanyaan bagi coachee. Sehingga coachee tanpa merasa diintimidasi atau dihakimi, menjawab dengan penuh semangat melihat masa depan.
Coaching digunakan dalam supervisi akademik. Ini dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Karenanya kegiatan supervisi akademik memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Dengan coaching, kepala sekolah menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok yang dapat mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial dalam kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Dan selanjutnya sebagai guru mengusahakan materi coaching ini menjadi bagian penting yang dilakukan dalam pembelajaran, dalam keikutsertaan pemberdayaan rekan sejawat atau semua komunitas sekolah untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih baik dari sebelumnya. Dan tentunya memberi manfaat bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat.




.png)










