Koneksi Antar Materi Modul 2.2
Pembelajaran Sosial Emosional
CGP Angkatan 7
Sebuah pendidikan dilakukan bertujuan menciptakan generasi berbudi pekerti. Seperti yang disebutkan dalam pemikiran KHD tentang pendidikan bahwa budi pekerti atau watak, karakter merupakan perpaduan gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta(kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya(psikomotorik). Pendidikan Budi pekerti atau karakter adalah bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan dan dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan energi jiwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai diri sendiri, mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar menyebutnya sebagai manusia beradab dan itulah tujuan pendidikan Indonesia secara garis besar. (Sugiarta, Mardana, Adiarta, & Artanayasa, 2019).
Berdasarkan filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya tersebut. Jelas bahwa pendidikan memiliki maksud dan tujuan untuk membimbing manusia dalam hal ini murid menjadi manusia yang memiliki kehalusan budi pekerti sebagai bekal hidup di masa depan saat menjadi anggota masyarakat dengan selamat dan bahagia. Di dalam masyarakat setiap manusia harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik. Kemampuan bersosialisasi dengan baik tentu memerlukan keterampilan pengelolaan sosial emosional. Hal ini juga dipelajari di dalam sekolah melalui pembelajaran sosial emosional. Secara khusus selama belajar di sekolah pengelolaan sosial emosional sangat diperlukan bagi murid dan juga semua warga sekolah agar tercipta pembelajaran yang nyaman dan aman. Di sekolah memberikan pemahaman penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi sehingga memiliki, menetapkan dan mencapai tujuan positif dalam menciptakan budaya positif.
Peran guru penggerak dalam berkolaborasi diperlukan untuk mewujudkan tujuan setiap pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik kita adalah teladan dalam pembelajaran apapun di sekolah termasuk dalam pembelajaran budi pekerti. Kalau guru ingin mengajarkan empati pada murid kita maka kita harus menunjukkan empati pada mereka artinya sebagai pendidik kita menghidupi budi pekerti dalam keseharian kita di sekolah. Selain menjadi teladan guru berperan penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang dapat melatih dan menumbuhkan berbagai kompetensi sosial emosional. Melalui pembelajaran sepanjang hari di sekolah pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Dengan demikian pembelajaran sosial emosional akan berlangsung secara efektif apabila guru dan orang dewasa di sekolah menyadari secara penuh mengelola dan menerapkan kelima kompetensi sosial dan emosional.
Kelima pembelajaran sosial emosional tersebut adalah :
Kesadaran diri
Manajemen diri
Kesadaran sosial
Keterampilan berelasi
pengambilan keputusan bertanggung jawab
Dalam pembelajaran sosial dan emosional ada hal yang menjadi penguat 5 kompetensi sosial emosional diatas yaitu praktik mindfulness atau kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis atau wellbeing. Dengan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit diharapkan dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan psikologis atau wellbeing ekosistem sekolah. Wellbeing diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, bahagia atau adanya kesejahteraan psikologis atau kesejahteraan emosional. Jika direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari wellbeing merupakan kondisi seseorang saat dia dapat bersikap positif baik terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat mengambil keputusan sendiri, mengatur tingkah lakunya memenuhi kebutuhan diri dengan baik, berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri demi meraih tujuan hidup sehingga membuat hidup murid lebih bermakna. Wellbeing pada murid memungkinkan mereka memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi akademik, kesehatan mental dan fisik yang lebih baik dan terbukti memiliki ketangguhan atau resiliensi dalam mengelola stress.
Bagaimana cara implementasi pembelajaran sosial dan emosional di sekolah? Pertama mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara spesifik dan eksplisit. Kedua mengintegrasikan dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik. Dan ketiga menguatkan iklim kelas dan budaya sekolah. Penerapan pembelajaran sosial dan emosional sepanjang hari di sekolah seperti halnya saat pagi hari sebelum menyambut anak-anak masuk ke dalam kelas penting bagi guru untuk menyiapkan diri agar dapat hadir sepenuhnya di tengah-tengah muridnya. Menyadari emosi adalah salah satu bentuk kompetensi kesadaran diri yang perlu dilatih dan ditumbuhkan. Guru dapat melakukan teknik stop dalam mindfullness. Stop,take a breath, observe and process. Untuk membangun kesadaran penuh yang didasari rasa ingin tahu dan kepedulian tentang situasi yang akan dihadapi sepanjang hari misalnya secara rutin berikan waktu pada murid-murid untuk mengidentifikasi apa yang mereka rasakan di pagi hari. Bisa dengan papan roda emosi, berbagi cerita, bertanya tentang hal yang menarik atau hits. Hal ini berguna bagi guru untuk memvalidasi perasaan dan membantu murid menyadari apa yang mereka rasakan pikirkan. Di tengah-tengah pembelajaran atau perpindahan pembelajaran berikutnya murid biasanya mulai merasakan konsentrasi yang menurun dan kesulitan fokus guru sebaiknya mengambil jeda sejenak mengajak murid untuk mengambil nafas panjang dalam beberapa kali atau berhitung atau mengambil jeda dengan mendengarkan musik, mendengarkan cerita melakukan kegiatan relaksasi dan kegiatan singkat ini dapat membantu melepaskan ketegangan meredakan stres dan membuat tubuh berada dalam fase istirahat dan siap beraktivitas kembali.
Di dalam pembelajaran atau di sekolah pun dapat dilatih membangun keterampilan berempati, membantu seseorang membangun hubungan yang hangat dan lebih positif dengan orang lain. Belajar merespon orang lain dengan afeksi. Memahami kerjasama dan resolusi konflik adalah dua hal yang dibutuhkan untuk membangun relasi yang positif, sikap saling menghargai.
Untuk melatih keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab guru dapat memberikan pemahaman pada murid bahwa selalu ada pilihan dalam berbagai situasi. Keterampilan untuk memikirkan berbagai alternatif pilihan dan konsekuensi dari tiap pilihan tersebut. Berikut 3 langkah yang dapat dilakukan untuk pengambilan keputusan.
Mengevaluasi situasi
Menganalisis alternatif pilihan apa saja yang dapat dilakukan
Mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan
Dalam hal kesadaran sosial murid dilatih untuk bisa menempatkan diri, menempatkan posisi orang lain layaknya diri kita sendiri. Kemudian juga membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, toleran terhadap orang lain. kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk juga mereka yang berasal dari latar belakang budaya, konteks yang berbeda-beda itu adalah kesadaran sosial. Setelah mampu berkesadaran sosial dilanjutkan dengan keterampilan berelasi kemampuan untuk membangun dan juga mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan dan pada akhirnya bisa memutusan yang bertanggung jawab












