Guru Dan Siswa

Belajar ilmu, belajar kehidupan.

Kita Belajar

Belajar Asyik tanpa boring, belajar kreatif tanpa miskin inisiatif

Belajar Di Mana Saja

Semua sudut di alam semesta bisa menjadi tempat belajar. Belajar dengan siapapun dan dari siapapun

Laci Administrasi

Kelengkapan administrasi bagi guru salah satu faktor mempermudah tujuan pembelajaran

Saturday, 25 March 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 CGP. COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

 






KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh : NUR MUARIFAH

CGP ANGKATAN 7



Sebagai seorang guru saya seringkali merasa penuh pertanyaan. Mengapa para coach dalam ajang pencarian bakat dalam entertainment mampu mengantarkan para pemilik bakat menjadi profesional?, Mengapa sebagai guru saya belum bisa seperti itu?. Dan pada akhirnya saya sebagai guru diberi kesempatan belajar tentang coaching, saya bersyukur atas sebuah keberkahan ini. Menurut saya sebagai guru memang perlu memahami bahwa murid kita bukanlah kertas kosong. Murid datang dengan berbagai latar belakang kemampuan dan potensi. Satu sesi yang menurut saya sesuatu yang sangat berharga yaitu saat praktek coaching. Saya bisa merasakan perbedaan antara saat menjadi coach dan saat menjadi coachee. Keduanya memiliki tantangan yang berbeda. Dengan praktek coaching saya juga merasa seperti mendapat seberkas cahaya yang akan menuntun saya menjadi seseorang yang mampu membooster dan mengeluarkan potensi-potensi orang lain yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. 

Dalam coaching tugas guru adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu guru juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka. Sebagai guru saya mencari pengetahuan dari berbagai media. Melalui baca buku, webinar, tayangan media sosial untuk menjawab rasa penasaran tentang bagaimana seseorang berbakat semakin terasah bakatnya. Sebagai guru ketika di kelas saya mencoba menggali dan fokus pada kelebihan murid dengan terus memotivasi murid untuk memahami apa kelebihan atau bakat dirinya sendiri agar saya sebagai guru bisa membantu memaksimalkan kelebihan tersebut. Keinginan dan impian saya bisa mengantarkan para murid berprestasi, bermanfaat, menciptakan pengalaman berharga dan tentu menjadi kebanggaan sekolah, orang tua dan diri murid sendiri. Namun menurut saya selama ini belum seperti yang saya harapkan. Hingga akhirnya belajar tentang coaching. 

Sesuai dengan filosofi KHD yang tertuang dalam trilogi Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, dan sistem among menjadi semangat  yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Salah satu keterampilan yang diperlukan guru adalah keterampilan coaching. Keterampilan coaching diperlukan karena murid adalah sosok merdeka yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya serta meningkatkan potensinya sendiri, murid hanya memerlukan dorongan dan arahan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensinya. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan coaching dapat membantu guru dalam memerankan diri sebagai coach bagi murid. Agar murid menjadi lebih merdeka baik, merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang. Murid dapat hidup di masa depan dengan pengelolaan emosi, mampu bersosialisasi dengan baik, memiliki tujuan positif dan bertanggung jawab hingga akhirnya dapat hidup bahagia dan selamat. 

Prinsip dan paradigma berpikir coaching juga dapat membuat proses supervisi akademik fokus kepada pemberdayaan untuk mengembangkan kompetensi diri dan kemandirian dalam konteks sebuah instansi pendidikan. Ini diperlukan untuk meningkatkan kompetensi rekan sejawat atau bagi seorang kepala sekolah yang menginginkan peningkatan guru atau tenaga kependidikan dalam sekolah tersebut. Dalam coaching seseorang juga dilatih meningkatkan kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Seperti halnya yang saya dapatkan dari sesi coaching pak Ary Ginanjar dalam akun YouTube Sunaryo D Beddu yang mengatakan bahwa skill coaching meaning maker dengan teknik coaching IQ, EQ dan SQ perlu dimiliki leader. Dimana sebuah skill leader yang mampu memantik potensi timnya dalam hal kemampuan intelektual, emosional bahkan spiritual. Karena dalam coaching seorang coachee didorong memutuskan sebuah ide, sikap, atau tindakan yang muncul dari diri coachee sendiri. Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif yang bertanggung jawab sebagai bentuk manajemen diri yang dapat membantu kerja sama dalam tim manajemen instansi. Dan sebuah peningkatan sistem pendidikan tentunya diperlukan para guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan melaksanakan keputusan yang bertanggung jawab tidak hanya bagi instansinya tetapi juga kepada sisi spiritualnya untuk mencapai sebuah tujuan.

Coaching muncul dipicu oleh adanya keunggulan yang ingin dicapai. Arahnya dari masa kini ke masa depan, ada tujuan yang ingin dicapai dan ada potensi-potensi yang ingin dimaksimalkan dalam proses pencapaian tujuan. Seorang coach harus menguasai strategi tinggi memahami proses-proses dan mampu berpikir kreatif dan selalu dapat melihat apakah dibalik sebuah pribadi terdapat potensi. Dalam coaching terdapat hubungan kemitraan yang setara. Coach fokus mendengarkan secara aktif dan mengantarkan coachee mengambil keputusan sendiri. Berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi/hubungan positif. Jika hubungan antara seorang kepala sekolah sebagai coach dengan seluruh komunitas sekolah memiliki kemitraan yang baik maka diasumsikan iklim sekolah nyaman dan memiliki budaya positif. Sekolah dengan budaya positif maka akan meningkatkan kualitas akademik sekolah tersebut.

Dalam coaching terdiri kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, menyimak dengan seksama. Untuk bisa menghadirkan diri secara penuh seorang coach dan coachee bisa menggunakan teknik STOP atau mindfullnes lalu mengajukan Pertanyaan berbobot dan mendengarkan dengan RASA. Seorang coach menghadirkan diri sepenuhnya atau presence, selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara, mengajukan pertanyaan berbobot agar dapat menstimulasi pemikiran coachee untuk mengungkapkan emosi dan mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Dan seorang coach perlu mendengarkan dengan RASA(Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask). Coach harus memiliki ketrampilan atau seni berkomunikasi untuk bisa memantik pertanyaan bagi coachee. Sehingga coachee tanpa merasa diintimidasi atau dihakimi, menjawab dengan penuh semangat melihat masa depan.  

Coaching digunakan dalam supervisi akademik. Ini dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Karenanya kegiatan supervisi akademik  memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Dengan coaching, kepala sekolah menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok yang dapat  mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial dalam kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Dan selanjutnya sebagai guru mengusahakan materi coaching ini menjadi bagian penting yang dilakukan dalam pembelajaran, dalam keikutsertaan pemberdayaan rekan sejawat atau semua komunitas sekolah untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih baik dari sebelumnya. Dan tentunya memberi manfaat bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat. 





Friday, 24 March 2023

JURNAL DWI MINGGUAN

 


JURNAL DWIMINGGUAN MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh : NUR MUARIFAH

CGP ANGKATAN 7 KABUPATEN BREBES

 

Untuk menjadi guru penggerak yang hebat seorang guru perlu memahami bahwa murid kita bukanlah kertas kosong. Murid datang dengan berbagai latar belakang kemampuan dan potensi. Tugas guru adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu guru juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka. Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching. Keterampilan coaching diperlukan karena murid adalah sosok merdeka yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya serta meningkatkan potensinya sendiri,  murid hanya memerlukan dorongan dan arahan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensinya. Tentunya ini bukan hal yang mudah bagi guru selaku pemimpin pembelajaran. Dengan coaching dapat membantu guru dalam memerankan diri sebagai coach bagi murid. Agar murid menjadi lebih merdeka,  baik merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang. Murid dapat hidup di masa depan dengan pengelolaan emosi, mampu bersosialisasi dengan baik, memiliki tujuan positif dan bertanggung jawab hingga akhirnya dapat hidup bahagia dan selamat. 

Prinsip dan paradigma berpikir coaching juga dapat membuat proses supervisi akademik fokus kepada pemberdayaan untuk mengembangkan kompetensi diri dan kemandirian dalam konteks sebuah instansi pendidikan. Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Dari definisi coaching miliki Grant bisa dipahami bahwa kegiatan coaching bertujuan mencari solusi, meningkatkan kinerja dan pemberdayaan diri. Elemen penting dalam coaching terdiri dari adanya coach, coachee dan proses coaching itu sendiri. 

Coaching berbeda dengan mentoring, konseling, training dan fasilitasi. Perbedaan antara coaching, mentoring, konseling dan fasilitasi adalah, mentoring adalah proses seseorang membantu orang lain dengan berbagi pengalaman yang pernah dilakukan hingga seseorang tersebut mampu mendapatkan pengetahuan baru dan melakukan perubahan atau perkembangan dengan pengetahuan tersebut.Konseling adalah proses seseorang membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah yang biasanya bertujuan memperbaiki tingkah laku atau masalah pribadi/kepribadian. Fasilitasi adalah proses seseorang menjadi penghubung yang berdiri netral membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah. Training adalah usaha memberi pelatihan pekerjaan untuk medapatkan pengetahuan dan keahlian. Dan coaching ditujukan untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional seorang coachee. Coaching memfasilitasi perubahan perilaku dan juga perubahan mindset dari orang itu yang dia sebetulnya sudah tahu lalu selanjutnya dia menjadi lebih tahu lagi. Seperti misalnya di dunia entertainment pencarian bakat yang menjadi juara selalu punya coach, bukan berarti si berbakatnya tidak tahu bagaimana caranya menyanyi, tetapi bagaimana memaksimalkan potensi yang sudah mereka ketahui itu menjadi sebuah perfoma yang meningkat. Artinya kemudian menjadi juara atau profesional dan menjadi orang yang lebih baik dalam proses mencapai juara itu.  

Coaching dalam prosesnya menyelaraskan dengan filosofi KHD yaitu sistem among, Coach bertindak menuntun coachee mengaktifkan potensi yang dimilikinya. Dalam ruang perjumpaan yang penuh kasih sayang, kemitraan dan persaudaraan. Dalam relasi guru dengan guru seorang coach dapat membantu coachee menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Sebagai guru/coach melalui sistem among dengan falsafah trilogi KHD memberdayakan kepada muridnya.  Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Seorang coach menghadirkan diri sepenuhnya atau presence, selalu fokus untuk bersikap terbuka, mampu melihat peluang baru dan masa depan, memiliki kekuatan diri yang kuat, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Hal ini sesuai dengan paradigma berpikir coaching. Dalam prinsipnya coaching dipicu oleh adanya keunggulan yang ingin dicapai. Ada tujuan yang ingin dicapai dan ada potensi-potensi yang ingin dimaksimalkan dalam proses pencapaian tujuan. Seorang coach harus menguasai strategi tinggi memahami proses-proses dan mampu berpikir kreatif dan selalu dapat melihat apakah dibalik pribadi terdapat potensi. Dalam coaching terdapat hubungan kemitraan yang setara. Coach hanya mendengarkan secara aktif dan mengantarkan coachee mengambil keputusan sendiri.

            Prinsip dan paradigma coaching bisa digunakan dalam proses supervisi akademik. Kegiatan ini lebih bertujuan memberdayakan. Dalam coaching terdiri kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, menyimak dengan seksama. Untuk bisa menghadirkan diri secara penuh seorang coach dan coachee bisa menggunakan teknik STOP atau mindfullnes lalu mengajukan Pertanyaan berbobot dan mendengarkan dengan RASA( Recieve, Apreciate, Summary and Ask). Dan dalam proses coaching dapat menggunakan alur yang dapat membantu coach dalam menuntun coachee, yaitu disebut dengan alur TIRTA( Tujua, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung jawab).. Alur TIRTA adalah pengembangan proses coaching dengan model GROW (Goal, Reality,Option and Will).

            Dalam alur TIRTA seorang coach menyiapkan diri dari mulai  perencanaan. Dalam perencanaan ini coach menggali coach menemukan tujuan melalui percakapan sederhana.Membangun ketenangan saat melakukan refleksi. Hindari judgment atau mengintimidasi coachee. Coach dan coachee dalam keadaan mental positif. Coachee bisa diajak melakukan swanilai untuk melihat sejauh mana hal baik yang telah dilakukan dan hal baik lainnya yang perlu ditingkatkan. Ini dilakukan sebagai proses identifikasi dan rencana aksi. Selanjutnya coach bisa mengajak coachee menyimpulkan apa hasil dari percakapan sebagai penguatan tanggung jawab coachee.

            Di sekolah selalu dilakukan supervisi akademik untuk meningkatkan perkembangan kualitas pembelajaran. Proses coaching dalam supervisi akademik memperbaiki pelaksanaan supervisi akademik yang seringkali bersifat satu arah. Dengan proses coaching kualitas guru diharapkan meningkat motivasi kerja guru. Setiap kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus meningkatkan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik sekolah.( Sergiovanni, dalam depdiknas,2007)

Percakapan-percakapan coaching dapat membantu para guru berpikir lebih dalam  potensi diri dan sekolah, menghadirkan motivasi internal sebagai wujud peningkatan kompetensi guru dan guru pembelajar berkelanjutan demi menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid.








Tuesday, 7 March 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 CGP

                                                          Koneksi Antar Materi Modul 2.2

Pembelajaran Sosial Emosional

CGP Angkatan 7


Sebuah pendidikan dilakukan bertujuan menciptakan generasi berbudi pekerti. Seperti yang disebutkan dalam pemikiran KHD tentang pendidikan bahwa budi pekerti atau watak, karakter merupakan perpaduan gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta(kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya(psikomotorik). Pendidikan Budi pekerti atau karakter adalah bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan dan dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan energi jiwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai diri sendiri, mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar menyebutnya sebagai  manusia beradab dan itulah tujuan pendidikan Indonesia secara garis besar. (Sugiarta, Mardana, Adiarta, & Artanayasa, 2019). 

Berdasarkan filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya tersebut. Jelas bahwa pendidikan memiliki maksud dan tujuan untuk membimbing manusia dalam hal ini murid menjadi manusia yang memiliki kehalusan budi pekerti sebagai bekal hidup di masa depan saat menjadi anggota masyarakat dengan selamat dan bahagia. Di dalam masyarakat setiap manusia harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik. Kemampuan bersosialisasi dengan baik tentu memerlukan keterampilan pengelolaan sosial emosional. Hal ini juga dipelajari di dalam sekolah melalui pembelajaran sosial emosional. Secara khusus selama belajar di sekolah pengelolaan sosial emosional sangat diperlukan bagi murid dan juga semua warga sekolah agar tercipta pembelajaran yang nyaman dan aman. Di sekolah  memberikan pemahaman penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi sehingga memiliki, menetapkan dan mencapai tujuan positif dalam  menciptakan budaya positif. 

Peran guru penggerak dalam berkolaborasi diperlukan untuk mewujudkan tujuan setiap pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik kita adalah teladan dalam pembelajaran apapun di sekolah termasuk dalam pembelajaran budi pekerti. Kalau guru ingin mengajarkan empati pada murid kita maka kita harus menunjukkan empati pada mereka artinya sebagai pendidik kita menghidupi budi pekerti dalam keseharian kita di sekolah. Selain menjadi teladan guru berperan penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang dapat melatih dan menumbuhkan berbagai kompetensi sosial emosional. Melalui pembelajaran sepanjang hari di sekolah pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Dengan demikian pembelajaran sosial emosional akan berlangsung secara efektif apabila guru dan orang dewasa di sekolah menyadari secara penuh mengelola dan menerapkan kelima kompetensi sosial dan emosional. 


Kelima pembelajaran sosial emosional tersebut adalah : 

  1. Kesadaran diri

  2. Manajemen diri

  3. Kesadaran sosial

  4. Keterampilan berelasi

  5. pengambilan keputusan bertanggung jawab

Dalam pembelajaran sosial dan emosional ada hal yang menjadi penguat 5 kompetensi sosial emosional diatas yaitu praktik  mindfulness atau kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis atau wellbeing. Dengan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit diharapkan dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan psikologis atau wellbeing ekosistem sekolah. Wellbeing diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, bahagia atau adanya kesejahteraan psikologis atau kesejahteraan emosional. Jika direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari wellbeing merupakan kondisi seseorang saat dia dapat bersikap positif baik terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat mengambil keputusan sendiri, mengatur tingkah lakunya memenuhi kebutuhan diri dengan baik, berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri demi meraih tujuan hidup sehingga membuat hidup murid lebih bermakna. Wellbeing pada murid memungkinkan mereka memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi akademik, kesehatan mental dan fisik yang lebih baik dan terbukti memiliki ketangguhan atau resiliensi dalam mengelola stress. 

Bagaimana cara implementasi pembelajaran sosial dan emosional di sekolah? Pertama mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara spesifik dan eksplisit.  Kedua mengintegrasikan dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik. Dan ketiga menguatkan iklim kelas dan budaya sekolah. Penerapan pembelajaran sosial dan emosional sepanjang hari di sekolah seperti halnya saat pagi hari sebelum menyambut anak-anak masuk ke dalam kelas penting bagi guru untuk menyiapkan diri agar dapat hadir sepenuhnya di tengah-tengah muridnya.  Menyadari emosi adalah salah satu bentuk kompetensi kesadaran diri yang perlu dilatih dan ditumbuhkan. Guru dapat melakukan teknik stop dalam mindfullness. Stop,take a breath, observe and process. Untuk membangun kesadaran penuh yang didasari rasa ingin tahu dan kepedulian tentang situasi yang akan dihadapi sepanjang hari misalnya secara rutin berikan waktu pada murid-murid untuk mengidentifikasi apa yang mereka rasakan di pagi hari. Bisa dengan papan roda emosi, berbagi cerita, bertanya tentang hal yang menarik atau hits. Hal ini  berguna bagi guru untuk memvalidasi perasaan dan membantu murid menyadari apa yang mereka rasakan pikirkan. Di tengah-tengah pembelajaran atau perpindahan pembelajaran berikutnya murid biasanya mulai merasakan konsentrasi yang menurun dan kesulitan fokus guru sebaiknya mengambil jeda sejenak mengajak murid untuk mengambil nafas panjang dalam beberapa kali atau berhitung atau mengambil jeda dengan mendengarkan musik, mendengarkan cerita melakukan kegiatan relaksasi dan kegiatan singkat ini dapat membantu melepaskan ketegangan meredakan stres dan membuat tubuh berada dalam fase istirahat dan siap beraktivitas kembali. 

Di dalam pembelajaran atau di sekolah pun dapat dilatih membangun keterampilan berempati, membantu seseorang membangun hubungan yang hangat dan lebih positif dengan orang lain. Belajar merespon orang lain dengan afeksi.  Memahami kerjasama dan resolusi konflik adalah dua hal yang dibutuhkan untuk membangun relasi yang positif, sikap saling menghargai.  

Untuk melatih keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab guru dapat memberikan pemahaman pada murid bahwa selalu ada pilihan dalam berbagai situasi. Keterampilan untuk memikirkan berbagai alternatif pilihan dan konsekuensi dari tiap pilihan tersebut.  Berikut  3 langkah yang dapat dilakukan untuk pengambilan keputusan.

  1. Mengevaluasi situasi 

  2. Menganalisis alternatif pilihan apa saja yang dapat dilakukan 

  3. Mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan 



Dalam hal  kesadaran sosial murid dilatih untuk bisa  menempatkan diri, menempatkan posisi orang lain layaknya diri kita sendiri. Kemudian juga membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, toleran terhadap orang lain. kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk juga mereka yang berasal dari latar belakang budaya, konteks yang berbeda-beda itu adalah kesadaran sosial. Setelah mampu berkesadaran sosial dilanjutkan dengan keterampilan berelasi kemampuan untuk membangun dan juga mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan dan pada akhirnya bisa memutusan yang bertanggung jawab