JURNAL REFLEKSI FILOSOSFI PENDIDIKAN PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
TUGAS CGP
MODUL 1.1.a.8. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1
Membahas tentang belajar tentu kita pernah mendengar prinsip belajar sepanjang zaman, sepanjang hidup, dari lahir hingga yang liang kubur, minal Mahdi Ilal lahd, terus-menerus sepanjang hayat dikandung badan. Melalui prinsip inilah perjalanan belajar akhirnya dipertemukan dengan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Sebelum lebih jauh kita tengok kembali ingatan-ingatan pada saat di kelas atau di sekolah dulu. Bagaimana suasananya? lalu hal apa yang paling membekas dalam ingatan-ingatan kita suasana sekolah atau kelas saat itu?. Suasana belajar sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya seorang anak.Mengingat hal itu menjadikan ingatan kembali menjadi murid yang duduk mendengarkan, saat ada yang tak paham takut bertanya, saat ingin mencoba takut kelir, murid yang pasif,mungkin bagi sebagian murid mengatakan kelasnya membosankan dan tidak menarik. Lebih luas lagi pendidikan didikte oleh sentralistik kurikulum, materi ujian hingga sistem evaluasi yang telah ditentukan oleh pusat atau daerah membuat pendidikan menjadikan murid tidak merdeka. Belum lagi para guru-guru yang mengajarkan materi dengan cara yang tidak komunikatif tentu hal ini memberi dampak suasana kelas yang tidak menyenangkan.
Di dalam filosofi pendidikan berdasarkan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara membuka wawasan bahwa pendidikan mesti berpihak atau berpusat kepada murid. Kelas diusahakan didesain menyenangkan,interaktif, yang memberikan kesempatan yang besar kepada murid untuk mencoba hal baru tanpa takut salah dan memberi kesempatan pada murid melakukan penemuan-penemuan yang membuat puas dan menjawab rasa ingin tahu.
Dasar-dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa setiap anak memiliki kekuatan kodrat yang dibawa semenjak lahir, kekuatan kodrat inilah yang perlu dipengaruhi oleh prinsip-prinsip baik nilai(value), pengetahuan(kognitif), keterampilan atau skill hingga seni termasuk di dalamnya.
Semua itu (nilai pengetahuan skill dan seni) merupakan bagian yang ada di dalam pendidikan dan pengajaran. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah memberikan tuntunan kepada seluruh atau segala kodrat yang ada pada murid berupa kodrat keadaan kodrat alam kodrat zaman agar berkembang optimal sehingga bisa menjadi manusia yang merdeka, selamat dan bahagia.
Maksud manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain ia memiliki kekuatan sendiri di dalam menentukan tindakan dalam merespon kehidupan. Kemerdekaan lahir ini diperoleh melalui pengajaran. Pengajaran adalah bagian dari proses pendidikan. Pengajaran adalah suatu transfer ilmu yang berfaedah bagi kecakapan anak baik lahir maupun batin. Murid-murid menerima informasi wawasan dan pengetahuan sebagai landasan atau pondasi pemahaman. Bagian yang menyerap pengetahuan kognitif yang berkaitan dengan bagian biologis dan menentukan karakter seseorang adalah bagian intelijibel yang menjadi bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif dalam menyerap pengetahuan. Dari pemahaman wawasan maka bertambahlah ilmu. Dengan bertambah ilmu maka bertambah pengetahuan, dari bertambah pengetahuan menuntun berperilaku budi pekerti yang luhur.
Kemerdekaan batin bersumber dari pendidikan, di mana pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat pada murid dengan batin yang hidup memunculkan atau menumbuhkan pengembangan keterampilan hidup akan nilai-nilai yang kuat.
Ketika keterampilan hidup yang penuh sarat nilai-nilai, prinsip-prinsip baik yang dijalankan oleh seorang murid sebagai individu harapannya keberhasilan individu yang merdeka secara lahir dan batin ini mengelompok menjadi komunitas dan pada akhirnya komunitas membudaya menjadi sebuah peradaban dalam sebuah negara.
Pendidikan yang berpihak kepada murid melakukan pembelajaran dengan cara bermain. Karena hal ini sesuai dengan kodrat anak. Dengan bermain anak-anak mengekspresikan diri dan bergejolak jiwanya. Dengan permainan dan alat-alatnya seorang anak bisa diketahui kecenderungan jiwanya lalu sebagai guru atau orang tua bisa mengarahkannya.
Pendidikan yang berpihak kepada murid perlu dilakukan sebagai jembatan menuju kemerdekaannya lahir dan batin. Pendidikan yang menyesuaikan dengan kebutuhan minat dan bakat diharapkan mampu menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Potensi ini pasti memerlukan pendampingan dan pembelajaran yang menyenangkan dari guru secara terus-meneru, dengan ikhlas dan murni penuh kasih sayang dalam memberikan tuntunan terhadap kekuatan kodrat yang masih samar-samar yang dimiliki setiap anak agar anak dapat hidup selamat dan bahagia di dunianya, di lingkungannya sesuai dengan konteks sosial kultural tempat tinggalnya.
Setelah mengetahui hal ini maka diperlukan pembelajaran yang menyenangkan yang berpihak kepada murid melalui permainan-permainan sebagai bagian dari pembelajaran. Kelas mesti menyenangkan, interaktif, memberi kesempatan kepada murid untuk lebih mengekspresikan dirinya sesuai potensi minat dan bakatnya. Di sekolah berusaha memberi kesempatan tumbuhnya potensi melalui kegiatan-kegiatan seperti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pembelajaran di kelas yang menggunakan metode atau strategi-strategi baru untuk mengajak murid terlibat langsung sebagai subjek pembelajar. Dan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan abad 21 yang memerlukan keterampilan digital perlu diajarkan. Bekal ini sebagai modal ikut serta dalam kehidupan global dunia dengan tetap memegang teguh budaya Indonesia dan nilai Pancasila.
https://drive.google.com/drive/folders/1bKW-qNwDdX-Xq3DGxzk2BdUTQ-C1IHl5?usp=share_link
| Ket: Murid melakukan presentasi dalam metode window shopping |
| Ket: Murid melakukan presentasi dalam metode window shopping |
Ket: Murid melakukan presentasi dalam metode window shopping











