Guru Dan Siswa

Belajar ilmu, belajar kehidupan.

Kita Belajar

Belajar Asyik tanpa boring, belajar kreatif tanpa miskin inisiatif

Belajar Di Mana Saja

Semua sudut di alam semesta bisa menjadi tempat belajar. Belajar dengan siapapun dan dari siapapun

Laci Administrasi

Kelengkapan administrasi bagi guru salah satu faktor mempermudah tujuan pembelajaran

Saturday, 15 April 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Universal Sebagai Pemimpin

 


Koneksi Antar Materi

Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Universal Sebagai Pemimpin

Oleh : NUR MUARIFAH


Dalam mendidik, guru merupakan pemimpin. Sebagai pemimpin pembelajaran atau sebagai pemimpin satuan pendidikan. Sebagai pemimpin artinya menjadi pusat pelaksana kegiatan. Tentu ini sangat erat kaitannya dengan Trilogi filosofi Ki Hajar Dewantara yang berbunyi; Ing Ngarso Sung Tulodho,Ing Madyo Mangun karso dan Tut Wuri Handayani. Sang pemimpin saat di depan dia adalah sosok panutan yang ditiru, artinya guru harus menunjukkan contoh bagi yang dipimpin. Saat di tengah guru/pemimpin membangun semangat, membangkitkan potensi, ide-ide atau gagasan yang dimiliki para murid. Dan di belakang seorang guru/pemimpin memberi dorongan semangat bagi orang lain. Sebagai pemimpin saat mengambil keputusan baik di kelas atau di luar kelas sudah tentu perlu menyesuaikan diri, mengembangkan diri dan menyiapkan diri dengan prinsip trilogi Ki Hajar Dewantara.


Prinsip-prinsip di dalam mengambil keputusan seorang pemimpin akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang diyakininya. Nilai-nilai ini berkaitan dengan kematangan sosial emosional, pengalaman, latihan, latar belakang hingga kepribadian seseorang. Semua itu menentukan  sikap perilaku seseorang ketika menghadapi masalah hingga saat mengambil keputusan atas sebuah masalah. Sebagai guru penggerak kita perlu mengingat bahwa seorang guru dalam hal ini sebagai pemimpin pembelajaran perlu selalu mengingat nilai dan perannya yaitu bahwa guru harus mandiri, kreatif, reflektif, kolaboratif dan berpihak terhadap murid. Nilai dan peran ini akan mempengaruhi seorang pemimpin dalam bersikap ketika menghadapi masalah dilema etika atau bujukan moral. 


Didalam pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran dapat dibantu dengan melakukan teknik coaching . Dengan teknik coaching seseorang yang sedang dalam mengalami sebuah masalah dapat belajar berpikir kreatif, potensi menjadi muncul dan menemukan solusi. Teknik coaching ini membutuhkan keterampilan komunikasi. Dan keterampilan komunikasi dalam coaching dapat dibantu dan dilatih melalui  coaching model Tirta dengan tahapan berupa; menentukan tujuan, mengidentifikasi masalah, menetapkan rencana aksi dan menjalankan aksi dengan tanggung jawab. Sehingga seorang pemimpin di dalam mengambil keputusan dapat memberikan solusi yang memberikan kenyamanan dan suasana yang kondusif. 


Sebagai seorang guru dalam menjalankan perannya terkadang menghadapi masalah yang dilematis. Ketika mengalami masalah dilema etika( situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara 2 hal benar) atau bujukan moral( situasi seseorang mengambil keputusan antara benar dan salah) maka perlu memahami 4 paradigma dilema etika yaitu;

  • Individu lawan kelompok (individual vs community)

  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)


Seringkali tanpa disadari sesungguhnya para pemimpin  sudah mengenal atau bahkan menjalani prinsip pengambilan keputusan. Ini yang seringkali digunakan sampai tidak perlu berpikir atau membutuhkan pengujian lagi dalam melakukannya seperti misalnya,melakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang, yang selanjutnya kita kenal dengan berpikir berbasis hasil akhir atau end base thinking, mengikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan yang selanjutnya dikenal dengan berpikir berbasis peraturan atau rule base thinking. Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang kita harapkan orang lain lakukan juga terhadap kita, yang kita kenal dengan berpikir berbasis rasa peduli atau care base thinking. 


Dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin memerlukan langkah-langkah yang akan membantu mempermudah mengambil keputusan.  Berikut 9 langkah-langkahnya;

  1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

  2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

  3. mengumpulkan fakta-fakta

  4. Pengujian benar atau salah(Uji Legal,Uji Regulasi/Standar Profesional,uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) 

  5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

  6. Melakukan Prinsip Resolusi 

  7. Investigasi Opsi Trilema

  8. Buat Keputusan

  9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan


Sebagai jawaban atas berbagai kasus dilema etika atau bujukan moral yang ada selama itu pengambilan keputusan harus didasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal kepentingan murid dan rasa tanggung jawab.  Puncak yang tertinggi adalah berpihak pada anak sesuai dengan kebajikan universal dan bertanggung jawab terhadap keputusan itu. Berikutnya dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang diambil karena tidak ada keputusan yang bisa  mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan.  

Salah satu kompetensi kepemimpinan sekolah meliputi kategori pengembangan diri dan orang lain. Dan ini merupakan tantangan yang harus dilakukan, diperbaiki dan dikembangkan. Dalam pengembangan diri dan orang lain yaitu menunjukkan kematangan spiritual moral dan emosi untuk berperilaku sesuai dengan kode etik. Indikatornya adalah;

  1. Mengaktualisasikan makna tujuan dan pandangan hidup pimpinan sekolah berdasarkan keyakinannya terhadap Tuhan yang Maha Esa. 

  2. Mengelola emosi agar berdampak positif dalam kepemimpinan sekolah 

  3. Menggunakan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan 

  4. Melaksanakan perilaku kerja dan praktik kepemimpinan yang mengacu pada kode etik 

  5. Menerapkan strategi untuk menghindari pelanggaran kode etik dan konflik terpentingnya 


Konsep-konsep utama modul ini yang harus diingat adalah bahwa sekolah sebagai institusi yang menanamkan nilai-nilai kebajikan universal di sekolah. Di dalam pelaksanaanya pengambilan keputusan bertujuan menciptakan pembelajaran yang nyaman dan kondusif. Maka dari itu pembelajaran yang dilakukan terjawab dalam pembelajaran differensiasi. Sebagai pemimpin pembelajaran guru harus mampu memutuskan apa model pembelajaran,  strategi, metode, atau media yang dibutuhkan murid. Pembelajaran differensiasi menjadi solusi bagi murid yang memiliki keberagaman dalam belajar. 


Pengambilan keputusan dalam pembelajaran oleh seorang guru akan sangat mempengaruhi masa depan murid. Keputusan seorang guru dalam mendidik, mendampingi dan memberi dorongan semangat murid  Kemampuan murid menghadapi masa depan ditentukan oleh seberapa tinggi atau kuatnya semangat belajar, belajar berpikir kritis, memiliki daya lenting terhadap stress, hingga active learning sebagai implementasi growth mindset. Inilah yang menjadi tantangan bagi seorang guru dalam mendidik muridnya, bagaimana agar mendidik muridnya memiliki kompetensi yang dibutuhkan di masa depan..

Dengan mempelajari konsep pengambilan keputusan menambah wawasan bagi seorang guru yang menjalankan perannya baik sebagai pemimpin pembelajaran atau pemimpin satuan pendidikan. Ini penting bagi pemimpin sebagai dasar saat menghadapi masalah. 


Filosofi pemikiran pendidikan KHD menjadi dasar pembelajaran yang bermakna bagi murid. Keberpihakan kepada murid pada segala hal yang berkaitan pada pendidikan akan sangat bermanfaat pada kemerdekaan belajar murid yang sesungguhnya memiliki kodrat zaman dan kodrat alam yang berbeda. Keberpihakan pada murid pada pengambilan keputusan memberi ruang bagi murid berkembang dan dididik dengan cara yang tepat. Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh kematangan sosial emosional seseorang. Sehingga pembelajaran yang terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional akan memberi dampak yang baik bagi murid di masa depan sebagai pemimpin. Minimal pemimpin bagi diri sendiri. 

Modul tentang pengambilan keputusan sangat penting dan bermanfaat bagi pemimpin. Materi ini menjadi dasar bagi para guru melakukan pengambilan keputusan yang  memperkuat latihan dan pengalaman ketika menemui masalah baik dilema etika atau bujukan moral.  


Saturday, 25 March 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 CGP. COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

 






KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh : NUR MUARIFAH

CGP ANGKATAN 7



Sebagai seorang guru saya seringkali merasa penuh pertanyaan. Mengapa para coach dalam ajang pencarian bakat dalam entertainment mampu mengantarkan para pemilik bakat menjadi profesional?, Mengapa sebagai guru saya belum bisa seperti itu?. Dan pada akhirnya saya sebagai guru diberi kesempatan belajar tentang coaching, saya bersyukur atas sebuah keberkahan ini. Menurut saya sebagai guru memang perlu memahami bahwa murid kita bukanlah kertas kosong. Murid datang dengan berbagai latar belakang kemampuan dan potensi. Satu sesi yang menurut saya sesuatu yang sangat berharga yaitu saat praktek coaching. Saya bisa merasakan perbedaan antara saat menjadi coach dan saat menjadi coachee. Keduanya memiliki tantangan yang berbeda. Dengan praktek coaching saya juga merasa seperti mendapat seberkas cahaya yang akan menuntun saya menjadi seseorang yang mampu membooster dan mengeluarkan potensi-potensi orang lain yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. 

Dalam coaching tugas guru adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu guru juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka. Sebagai guru saya mencari pengetahuan dari berbagai media. Melalui baca buku, webinar, tayangan media sosial untuk menjawab rasa penasaran tentang bagaimana seseorang berbakat semakin terasah bakatnya. Sebagai guru ketika di kelas saya mencoba menggali dan fokus pada kelebihan murid dengan terus memotivasi murid untuk memahami apa kelebihan atau bakat dirinya sendiri agar saya sebagai guru bisa membantu memaksimalkan kelebihan tersebut. Keinginan dan impian saya bisa mengantarkan para murid berprestasi, bermanfaat, menciptakan pengalaman berharga dan tentu menjadi kebanggaan sekolah, orang tua dan diri murid sendiri. Namun menurut saya selama ini belum seperti yang saya harapkan. Hingga akhirnya belajar tentang coaching. 

Sesuai dengan filosofi KHD yang tertuang dalam trilogi Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, dan sistem among menjadi semangat  yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Salah satu keterampilan yang diperlukan guru adalah keterampilan coaching. Keterampilan coaching diperlukan karena murid adalah sosok merdeka yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya serta meningkatkan potensinya sendiri, murid hanya memerlukan dorongan dan arahan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensinya. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran. Dengan coaching dapat membantu guru dalam memerankan diri sebagai coach bagi murid. Agar murid menjadi lebih merdeka baik, merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang. Murid dapat hidup di masa depan dengan pengelolaan emosi, mampu bersosialisasi dengan baik, memiliki tujuan positif dan bertanggung jawab hingga akhirnya dapat hidup bahagia dan selamat. 

Prinsip dan paradigma berpikir coaching juga dapat membuat proses supervisi akademik fokus kepada pemberdayaan untuk mengembangkan kompetensi diri dan kemandirian dalam konteks sebuah instansi pendidikan. Ini diperlukan untuk meningkatkan kompetensi rekan sejawat atau bagi seorang kepala sekolah yang menginginkan peningkatan guru atau tenaga kependidikan dalam sekolah tersebut. Dalam coaching seseorang juga dilatih meningkatkan kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Seperti halnya yang saya dapatkan dari sesi coaching pak Ary Ginanjar dalam akun YouTube Sunaryo D Beddu yang mengatakan bahwa skill coaching meaning maker dengan teknik coaching IQ, EQ dan SQ perlu dimiliki leader. Dimana sebuah skill leader yang mampu memantik potensi timnya dalam hal kemampuan intelektual, emosional bahkan spiritual. Karena dalam coaching seorang coachee didorong memutuskan sebuah ide, sikap, atau tindakan yang muncul dari diri coachee sendiri. Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif yang bertanggung jawab sebagai bentuk manajemen diri yang dapat membantu kerja sama dalam tim manajemen instansi. Dan sebuah peningkatan sistem pendidikan tentunya diperlukan para guru dan tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan melaksanakan keputusan yang bertanggung jawab tidak hanya bagi instansinya tetapi juga kepada sisi spiritualnya untuk mencapai sebuah tujuan.

Coaching muncul dipicu oleh adanya keunggulan yang ingin dicapai. Arahnya dari masa kini ke masa depan, ada tujuan yang ingin dicapai dan ada potensi-potensi yang ingin dimaksimalkan dalam proses pencapaian tujuan. Seorang coach harus menguasai strategi tinggi memahami proses-proses dan mampu berpikir kreatif dan selalu dapat melihat apakah dibalik sebuah pribadi terdapat potensi. Dalam coaching terdapat hubungan kemitraan yang setara. Coach fokus mendengarkan secara aktif dan mengantarkan coachee mengambil keputusan sendiri. Berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi/hubungan positif. Jika hubungan antara seorang kepala sekolah sebagai coach dengan seluruh komunitas sekolah memiliki kemitraan yang baik maka diasumsikan iklim sekolah nyaman dan memiliki budaya positif. Sekolah dengan budaya positif maka akan meningkatkan kualitas akademik sekolah tersebut.

Dalam coaching terdiri kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, menyimak dengan seksama. Untuk bisa menghadirkan diri secara penuh seorang coach dan coachee bisa menggunakan teknik STOP atau mindfullnes lalu mengajukan Pertanyaan berbobot dan mendengarkan dengan RASA. Seorang coach menghadirkan diri sepenuhnya atau presence, selalu fokus untuk bersikap terbuka, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara, mengajukan pertanyaan berbobot agar dapat menstimulasi pemikiran coachee untuk mengungkapkan emosi dan mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi. Dan seorang coach perlu mendengarkan dengan RASA(Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask). Coach harus memiliki ketrampilan atau seni berkomunikasi untuk bisa memantik pertanyaan bagi coachee. Sehingga coachee tanpa merasa diintimidasi atau dihakimi, menjawab dengan penuh semangat melihat masa depan.  

Coaching digunakan dalam supervisi akademik. Ini dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada murid. Karenanya kegiatan supervisi akademik  memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).

Dengan coaching, kepala sekolah menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok yang dapat  mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial dalam kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Dan selanjutnya sebagai guru mengusahakan materi coaching ini menjadi bagian penting yang dilakukan dalam pembelajaran, dalam keikutsertaan pemberdayaan rekan sejawat atau semua komunitas sekolah untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan lebih baik dari sebelumnya. Dan tentunya memberi manfaat bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat. 





Friday, 24 March 2023

JURNAL DWI MINGGUAN

 


JURNAL DWIMINGGUAN MODUL 2.3

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh : NUR MUARIFAH

CGP ANGKATAN 7 KABUPATEN BREBES

 

Untuk menjadi guru penggerak yang hebat seorang guru perlu memahami bahwa murid kita bukanlah kertas kosong. Murid datang dengan berbagai latar belakang kemampuan dan potensi. Tugas guru adalah menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu guru juga bertugas meningkatkan kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati diri dan melejitkan potensi mereka. Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching. Keterampilan coaching diperlukan karena murid adalah sosok merdeka yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya serta meningkatkan potensinya sendiri,  murid hanya memerlukan dorongan dan arahan dari guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensinya. Tentunya ini bukan hal yang mudah bagi guru selaku pemimpin pembelajaran. Dengan coaching dapat membantu guru dalam memerankan diri sebagai coach bagi murid. Agar murid menjadi lebih merdeka,  baik merdeka dalam belajar maupun merdeka dalam menentukan arah hidupnya di masa mendatang. Murid dapat hidup di masa depan dengan pengelolaan emosi, mampu bersosialisasi dengan baik, memiliki tujuan positif dan bertanggung jawab hingga akhirnya dapat hidup bahagia dan selamat. 

Prinsip dan paradigma berpikir coaching juga dapat membuat proses supervisi akademik fokus kepada pemberdayaan untuk mengembangkan kompetensi diri dan kemandirian dalam konteks sebuah instansi pendidikan. Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Dari definisi coaching miliki Grant bisa dipahami bahwa kegiatan coaching bertujuan mencari solusi, meningkatkan kinerja dan pemberdayaan diri. Elemen penting dalam coaching terdiri dari adanya coach, coachee dan proses coaching itu sendiri. 

Coaching berbeda dengan mentoring, konseling, training dan fasilitasi. Perbedaan antara coaching, mentoring, konseling dan fasilitasi adalah, mentoring adalah proses seseorang membantu orang lain dengan berbagi pengalaman yang pernah dilakukan hingga seseorang tersebut mampu mendapatkan pengetahuan baru dan melakukan perubahan atau perkembangan dengan pengetahuan tersebut.Konseling adalah proses seseorang membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah yang biasanya bertujuan memperbaiki tingkah laku atau masalah pribadi/kepribadian. Fasilitasi adalah proses seseorang menjadi penghubung yang berdiri netral membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah. Training adalah usaha memberi pelatihan pekerjaan untuk medapatkan pengetahuan dan keahlian. Dan coaching ditujukan untuk memaksimalkan potensi personal dan profesional seorang coachee. Coaching memfasilitasi perubahan perilaku dan juga perubahan mindset dari orang itu yang dia sebetulnya sudah tahu lalu selanjutnya dia menjadi lebih tahu lagi. Seperti misalnya di dunia entertainment pencarian bakat yang menjadi juara selalu punya coach, bukan berarti si berbakatnya tidak tahu bagaimana caranya menyanyi, tetapi bagaimana memaksimalkan potensi yang sudah mereka ketahui itu menjadi sebuah perfoma yang meningkat. Artinya kemudian menjadi juara atau profesional dan menjadi orang yang lebih baik dalam proses mencapai juara itu.  

Coaching dalam prosesnya menyelaraskan dengan filosofi KHD yaitu sistem among, Coach bertindak menuntun coachee mengaktifkan potensi yang dimilikinya. Dalam ruang perjumpaan yang penuh kasih sayang, kemitraan dan persaudaraan. Dalam relasi guru dengan guru seorang coach dapat membantu coachee menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Sebagai guru/coach melalui sistem among dengan falsafah trilogi KHD memberdayakan kepada muridnya.  Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Seorang coach menghadirkan diri sepenuhnya atau presence, selalu fokus untuk bersikap terbuka, mampu melihat peluang baru dan masa depan, memiliki kekuatan diri yang kuat, sabar, ingin tahu lebih banyak tentang coachee. Hal ini sesuai dengan paradigma berpikir coaching. Dalam prinsipnya coaching dipicu oleh adanya keunggulan yang ingin dicapai. Ada tujuan yang ingin dicapai dan ada potensi-potensi yang ingin dimaksimalkan dalam proses pencapaian tujuan. Seorang coach harus menguasai strategi tinggi memahami proses-proses dan mampu berpikir kreatif dan selalu dapat melihat apakah dibalik pribadi terdapat potensi. Dalam coaching terdapat hubungan kemitraan yang setara. Coach hanya mendengarkan secara aktif dan mengantarkan coachee mengambil keputusan sendiri.

            Prinsip dan paradigma coaching bisa digunakan dalam proses supervisi akademik. Kegiatan ini lebih bertujuan memberdayakan. Dalam coaching terdiri kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh/presence, mendengarkan aktif, menyimak dengan seksama. Untuk bisa menghadirkan diri secara penuh seorang coach dan coachee bisa menggunakan teknik STOP atau mindfullnes lalu mengajukan Pertanyaan berbobot dan mendengarkan dengan RASA( Recieve, Apreciate, Summary and Ask). Dan dalam proses coaching dapat menggunakan alur yang dapat membantu coach dalam menuntun coachee, yaitu disebut dengan alur TIRTA( Tujua, Identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung jawab).. Alur TIRTA adalah pengembangan proses coaching dengan model GROW (Goal, Reality,Option and Will).

            Dalam alur TIRTA seorang coach menyiapkan diri dari mulai  perencanaan. Dalam perencanaan ini coach menggali coach menemukan tujuan melalui percakapan sederhana.Membangun ketenangan saat melakukan refleksi. Hindari judgment atau mengintimidasi coachee. Coach dan coachee dalam keadaan mental positif. Coachee bisa diajak melakukan swanilai untuk melihat sejauh mana hal baik yang telah dilakukan dan hal baik lainnya yang perlu ditingkatkan. Ini dilakukan sebagai proses identifikasi dan rencana aksi. Selanjutnya coach bisa mengajak coachee menyimpulkan apa hasil dari percakapan sebagai penguatan tanggung jawab coachee.

            Di sekolah selalu dilakukan supervisi akademik untuk meningkatkan perkembangan kualitas pembelajaran. Proses coaching dalam supervisi akademik memperbaiki pelaksanaan supervisi akademik yang seringkali bersifat satu arah. Dengan proses coaching kualitas guru diharapkan meningkat motivasi kerja guru. Setiap kepala sekolah dan pemimpin pembelajaran seyogyanya berfokus meningkatkan kompetensi pendidik dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik sekolah.( Sergiovanni, dalam depdiknas,2007)

Percakapan-percakapan coaching dapat membantu para guru berpikir lebih dalam  potensi diri dan sekolah, menghadirkan motivasi internal sebagai wujud peningkatan kompetensi guru dan guru pembelajar berkelanjutan demi menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid.








Tuesday, 7 March 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 CGP

                                                          Koneksi Antar Materi Modul 2.2

Pembelajaran Sosial Emosional

CGP Angkatan 7


Sebuah pendidikan dilakukan bertujuan menciptakan generasi berbudi pekerti. Seperti yang disebutkan dalam pemikiran KHD tentang pendidikan bahwa budi pekerti atau watak, karakter merupakan perpaduan gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara cipta(kognitif), karsa (afektif) sehingga menciptakan karya(psikomotorik). Pendidikan Budi pekerti atau karakter adalah bulatnya jiwa manusia, bersatunya gerak pikiran, perasaan dan dan kehendak atau kemauan yang akan menumbuhkan energi jiwa manusia sebagai makhluk individu dan sosial dan dapat memerintah atau menguasai diri sendiri, mulai dari gagasan, pikiran, atau angan-angan hingga menjadi tindakan. Ki Hadjar menyebutnya sebagai  manusia beradab dan itulah tujuan pendidikan Indonesia secara garis besar. (Sugiarta, Mardana, Adiarta, & Artanayasa, 2019). 

Berdasarkan filosofi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu kehidupan anak yang sesuai dengan dunianya tersebut. Jelas bahwa pendidikan memiliki maksud dan tujuan untuk membimbing manusia dalam hal ini murid menjadi manusia yang memiliki kehalusan budi pekerti sebagai bekal hidup di masa depan saat menjadi anggota masyarakat dengan selamat dan bahagia. Di dalam masyarakat setiap manusia harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik. Kemampuan bersosialisasi dengan baik tentu memerlukan keterampilan pengelolaan sosial emosional. Hal ini juga dipelajari di dalam sekolah melalui pembelajaran sosial emosional. Secara khusus selama belajar di sekolah pengelolaan sosial emosional sangat diperlukan bagi murid dan juga semua warga sekolah agar tercipta pembelajaran yang nyaman dan aman. Di sekolah  memberikan pemahaman penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi sehingga memiliki, menetapkan dan mencapai tujuan positif dalam  menciptakan budaya positif. 

Peran guru penggerak dalam berkolaborasi diperlukan untuk mewujudkan tujuan setiap pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik kita adalah teladan dalam pembelajaran apapun di sekolah termasuk dalam pembelajaran budi pekerti. Kalau guru ingin mengajarkan empati pada murid kita maka kita harus menunjukkan empati pada mereka artinya sebagai pendidik kita menghidupi budi pekerti dalam keseharian kita di sekolah. Selain menjadi teladan guru berperan penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang dapat melatih dan menumbuhkan berbagai kompetensi sosial emosional. Melalui pembelajaran sepanjang hari di sekolah pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Dengan demikian pembelajaran sosial emosional akan berlangsung secara efektif apabila guru dan orang dewasa di sekolah menyadari secara penuh mengelola dan menerapkan kelima kompetensi sosial dan emosional. 


Kelima pembelajaran sosial emosional tersebut adalah : 

  1. Kesadaran diri

  2. Manajemen diri

  3. Kesadaran sosial

  4. Keterampilan berelasi

  5. pengambilan keputusan bertanggung jawab

Dalam pembelajaran sosial dan emosional ada hal yang menjadi penguat 5 kompetensi sosial emosional diatas yaitu praktik  mindfulness atau kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis atau wellbeing. Dengan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus dan eksplisit diharapkan dapat mendukung terwujudnya kesejahteraan psikologis atau wellbeing ekosistem sekolah. Wellbeing diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, bahagia atau adanya kesejahteraan psikologis atau kesejahteraan emosional. Jika direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari wellbeing merupakan kondisi seseorang saat dia dapat bersikap positif baik terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat mengambil keputusan sendiri, mengatur tingkah lakunya memenuhi kebutuhan diri dengan baik, berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri demi meraih tujuan hidup sehingga membuat hidup murid lebih bermakna. Wellbeing pada murid memungkinkan mereka memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mencapai prestasi akademik, kesehatan mental dan fisik yang lebih baik dan terbukti memiliki ketangguhan atau resiliensi dalam mengelola stress. 

Bagaimana cara implementasi pembelajaran sosial dan emosional di sekolah? Pertama mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara spesifik dan eksplisit.  Kedua mengintegrasikan dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik. Dan ketiga menguatkan iklim kelas dan budaya sekolah. Penerapan pembelajaran sosial dan emosional sepanjang hari di sekolah seperti halnya saat pagi hari sebelum menyambut anak-anak masuk ke dalam kelas penting bagi guru untuk menyiapkan diri agar dapat hadir sepenuhnya di tengah-tengah muridnya.  Menyadari emosi adalah salah satu bentuk kompetensi kesadaran diri yang perlu dilatih dan ditumbuhkan. Guru dapat melakukan teknik stop dalam mindfullness. Stop,take a breath, observe and process. Untuk membangun kesadaran penuh yang didasari rasa ingin tahu dan kepedulian tentang situasi yang akan dihadapi sepanjang hari misalnya secara rutin berikan waktu pada murid-murid untuk mengidentifikasi apa yang mereka rasakan di pagi hari. Bisa dengan papan roda emosi, berbagi cerita, bertanya tentang hal yang menarik atau hits. Hal ini  berguna bagi guru untuk memvalidasi perasaan dan membantu murid menyadari apa yang mereka rasakan pikirkan. Di tengah-tengah pembelajaran atau perpindahan pembelajaran berikutnya murid biasanya mulai merasakan konsentrasi yang menurun dan kesulitan fokus guru sebaiknya mengambil jeda sejenak mengajak murid untuk mengambil nafas panjang dalam beberapa kali atau berhitung atau mengambil jeda dengan mendengarkan musik, mendengarkan cerita melakukan kegiatan relaksasi dan kegiatan singkat ini dapat membantu melepaskan ketegangan meredakan stres dan membuat tubuh berada dalam fase istirahat dan siap beraktivitas kembali. 

Di dalam pembelajaran atau di sekolah pun dapat dilatih membangun keterampilan berempati, membantu seseorang membangun hubungan yang hangat dan lebih positif dengan orang lain. Belajar merespon orang lain dengan afeksi.  Memahami kerjasama dan resolusi konflik adalah dua hal yang dibutuhkan untuk membangun relasi yang positif, sikap saling menghargai.  

Untuk melatih keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab guru dapat memberikan pemahaman pada murid bahwa selalu ada pilihan dalam berbagai situasi. Keterampilan untuk memikirkan berbagai alternatif pilihan dan konsekuensi dari tiap pilihan tersebut.  Berikut  3 langkah yang dapat dilakukan untuk pengambilan keputusan.

  1. Mengevaluasi situasi 

  2. Menganalisis alternatif pilihan apa saja yang dapat dilakukan 

  3. Mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan 



Dalam hal  kesadaran sosial murid dilatih untuk bisa  menempatkan diri, menempatkan posisi orang lain layaknya diri kita sendiri. Kemudian juga membangun dan mempertahankan hubungan yang positif, toleran terhadap orang lain. kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk juga mereka yang berasal dari latar belakang budaya, konteks yang berbeda-beda itu adalah kesadaran sosial. Setelah mampu berkesadaran sosial dilanjutkan dengan keterampilan berelasi kemampuan untuk membangun dan juga mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan dan pada akhirnya bisa memutusan yang bertanggung jawab 



Thursday, 23 February 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 PEMBELAJARAN DIFERENSIASI CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7 2022


 KONEKSI ANTAR MATERI  MODUL 1.4  PEMBELAJARAN DIFERENSIASI  CALON GURU PENGGERAK  ANGKATAN 7 2022

        Bagi para calon guru penggerak pada kesempatan kali ini materi yang dipelajari semakin memberi tantangan. Materi ini berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran yang menunjukkan keberpihakan kepada murid. Memancing ketertarikan belajar murid. Pembelajaran yang menyenangkan, interaktif dan menyesuaikan dengan kondisi murid. Ini tentu sangat relevan dengan filosofi pendidikan berdasarkan pemikiran-pemikiran KHD tentang pendidikan. Menurut KHD pendidikan diberikan kepada murid sesuai kodrat alam dan zaman. Setiap anak memiliki keunikan masing-masing, kepribadian yang dilatarbelakangi oleh berbagai aspek. Baik aspek alam, sosial dan yang paling berperan adalah lingkungan keluarga. 

        Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan adalah bahwa pendidikan sesungguhnya harus mampu mengantarkan murid-murid menuju keselamatan dan kebahagiaan. Untuk dapat menuju ke sana guru perlu mampu mengenali kebutuhan belajar dan mengoptimalisasi bakat minat murid. Guru harus mengenal karakteristik murid dan memunculkan kelebihan murid dengan harapan bisa membawa ke kebahagiaan hidup dan pada akhirnya menjadi manusia yang berdaya dan merdeka. 

        Dengan adanya keragaman murid di kelas memunculkan konsekuensi bagi guru untuk memberikan layanan kebutuhan belajar dengan cara yang beragam pula.  Kita sebagai guru memang perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang kita ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Pengelolaan kelas dengan keragaman murid memerlukan keterampilan pedagogik dari guru. Yang diperlukan tentu mencari tahu atau mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan dengan memetakan siswa berdasarkan kebutuhan belajar.

        Untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar guru perlu memahami latar belakang siswa. Siswa dengan latar belakang keluarga, ekonomi, lingkungan sosial yang berbeda membentuk kepribadian dengan kebutuhan belajar yang berbeda. Sedangkan pembelajaran sebelumnya bisa saja digunakan sebagai cara mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan belajar atau mengetahui kesiapan belajar murid. Peran guru sangat membantu perkembangan anak supaya maksimal. Pembelajaran dengan keragaman kebutuhan belajar siswa menjadi sebuah tantangan bagi guru. Keragaman kebutuhan belajar memang perlu dilakukan sebagai sebuah perubahan cara guru dalam memberikan pembelajaran. Untuk melayani kebutuhan belajar siswa yang berbeda, sehingga kemampuan yang dimiliki siswa menjadi meningkat. Dalam pembelajaran diferensiasi ini memberi ruang bagi guru mulai merubah pola pembelajaran yang lama ke pola baru dengan adanya pembelajaran diferensiasi. Meskipun penuh tantangan guru perlu terus berpikir positif saat mencoba implementasi pembelajaran diferensiasi. Sebab ketika murid belajar dengan nyaman, didukung semua ketertarikannya, dioptimalkan potensinya maka kelas menjadi aktif. Wellbeing tercipta dengan baik dan keberhasilan belajar diharapkan semakin meningkat.

         Dalam pembelajaran differensiasi guru memberikan strategi pembelajaran yang disesuaikan kebutuhan belajar tersebut. Inilah kenapa pembelajaran berdifferensiasi merupakan proses pembelajaran yg mencerminkan pemikiran KHD dimana belajar mengajar adalah bagian dari pendidikan, Ki Hajar menekankan bahwa pembelajaran berpusat pada murid, dengan memberikan penghormatan sepenuhnya pada siswa, menghamba pada murid dimana artinya adalah segala bentuk tuntunan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan belajar murid .

            Pembelajaran berdifferensiasi adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya menyesuaikan dengan kebutuhan belajar murid dengan memberikan kesempatan pada murid untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa tersebut.

            Lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap kesuksesan ipenerapanpembelajaran differensiasi. Sebagai guru perlu mengupayakan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dengan yang kita sebut sebagai learning community adalah komunitas yang semua anggotanya para pembelajar. Sebuah  komunitas belajar yang dapat secara efektif mendukung implementasi pembelajaran berdiferensias Guru-guru akan memimpin murid-muridnya untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktek-praktek yang saling mendukung tumbuhnya lingkungan belajar ini. Pembelajaran diferensiasi memiliki  karakteristik sebagai berikut :

A. Iklim belajar di kelas terasa sangat positif.

Kehadiran setiap orang akan dihargai dalam iklim ini. Bukan hanya terlihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan menyambut baik. Sikap saling menghargai, saling berbagi kebutuhan akan perasaan diterima dihormati apapun jenis kelamin, etnis budaya, kecepatan belajar, bahasa dan kepribadian yang dimiliki murid.  Ini menunjukkan bahwa dalam belajar muncul wellbeing. Budaya  positif terjaga dengan baik, setiap anak nyama dan aman dalam belajar.

B. Membantu setiap murid tumbuh semaksimal atau dengan scallfolding

Di  dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi tahu persis bahwa murid boleh bertanya jika membutuhkan bantuan, siapa saja yang butuh bantuan banyak, atau butuh bantuan lebih sedikit dan mencoba berbagai ide-ide kreatif. 

C. Perlakuan adil

Berarti  berusaha memastikan semua murid mendapatkan apa yang ia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid  dan guru adalah sebuah tim yang berusaha untuk memastikan bahwa kelas berjalan dengan baik.

         Untuk memetakan kebutuhan belajar murid lewat 3 aspek yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.  Kebutuhan belajar murid ini harus selalu menjadi dasar bagi praktek diferensiasi yang guru lakukan di kelas. Penjelasan tentang 3 aspek kebutuhan belajar sebagai berikut :

1. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru.

2. Minat merupakan suatu keadaan mental menunjukkan ketertarikan pada suatu hal dan kecenderungan keterlibatan pada waktu yang lama.

3. Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mendasarinya diantaranya:

1. Lingkungan  belajar

2. Budaya  murid dalam belajar

3. Gaya  belajar. Secara umum gaya belajar ada tiga, yaitu: Visual, auditori dan kinestetik.

4.  Kecerdasan  majemuk (multiple intelligences): Dengan adanya kecerdasan majemuk sesungguhnya tidak ada murid yang memiliki satu kecerdasan, namun bisa saja kombinasi dari dua atau tiga jenis kecerdasan.

 

            Strategi diferensiasi yang bisa guru lakukan berdasarkan tiga pemetaan kebutuhan menentukan strategi diferensiasi yang ingin dilakukan. Diferensiasi itu sendiri bisa kita lakukan dalam beberapa strategi. Yaitu:

A. Diferensiasi konten 

Makna konten itu sendiri adalah apa yang kita ajarkan kepada murid-murid kita. Konten dapat dibedakan sebagai tanggapan terhadap tingkat kesiapan minat atau profil belajar murid yang berbeda atau juga terhadap kombinasi dari kesiapan minat dan profil belajar murid.

B. Diferensiasi proses 

Diferensiasi proses yaitu proses yang mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai apa informasi atau materi yang dipelajari. Yang diperlukan adalah bagaimana kebutuhan tersebut bisa dipenuhi caranya, proses seperti apa yang perlu disiapkan agar kita mengetahui bahwa setiap murid belajar apakah murid-murid kita akan bekerja mandiri atau dalam kelompok. Kita perlu juga berpikir tentang seberapa banyak jumlah bantuan yang kita berikan kepada murid-murid kita. Siapa saja yang memerlukan banyak bantuan. Siapa yang cukup kita berikan bantuan dalam bentuk pertanyaan pemandu dan mereka kemudian bisa bekerja dengan mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan sebagai bagian dari skenario pembelajaran yang dirancang.

C. Diferensiasi produk 

Strategi diferensiasi yang ketiga yaitu diferensiasi produk. Ketika kita bicara tentang diferensiasi produk maka kita akan memikirkan tentang tagihan apa yang gutu harapkan dari murid. Produk ini adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan oleh murid kepada guru. Produk ada yang wujudnya berbentuk karangan atau tulisan atau hasil tes atau pertunjukan atau presentasi atau pidato, rekaman, diagram dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan dengan tujuan pembelajaran. Dari ketiga strategi guru bisa saja menggunakan salah satu atau dua macam jenis strategi. Tidak selalu ketiganya. Dan melakukannya dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, bukan sekedar yang penting ada seolah-olah telah menjalankan seluruh stategi demi memuaskan administrasi.

Pembelajaran berdiferensiasi produk perlu memperhatikan dua hal yaitu:

1. Memberikan  tantangan dan keragaman atau variasi

2. Memberikan murid pilihan bagaimana murid dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan apa sebenarnya ekspektasi atau kualitas produk yang diharapkan dari murid. maka guru  tetap harus mengetahui dan mengkomunikasikan indikator kualitas yang diharapkan dari produk tersebut.

 

        Pada pembelajaran diferensiasi hal penting berikutnya adalah peniilaian. Praktik pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada penilaian. Penilaian formatif memungkinkan guru untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik, oleh karena itu, guru dapat membuat keputusan terbaik demi menantang murid dengan tepat dan melibatkan murid dalam pembelajaran

Di dalam kelas, guru dapat memandang penilaian dalam 3 perspektif:

Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses
pembelajaran dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan
proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif. Sering disebut
sebagai penilaian yang berkelanjutan (on-going assessment)

Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran
selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif

Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-
murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat
berfungsi sebagai penilaian formatif.

Dengan penjelasan diatas guru perlu terus mengasah ketrampilan dalam menilai dan menganalisa hasil penilaian agar pembelajaran berdiferensiasi berjalan dengan baik dan efektif. Pembelajaran diferensiasi memang membutuhkan kekuatan diri seorang guru, karena ini penuh tantangan dan menguji percaya diri seorang guru menjadi guru kreatif dan inovatif.


Saturday, 3 December 2022

JURNAL DWI MINGGUAN MODUL 1.3 CGP

 

JURNAL DWI MINGGUAN MODUL 1.3 DENGAN MODEL 4F

 

VISI GURU PENGGERAK

Oleh : Nur Muarifah

CGP Kabupaten Brebes Kelas 7.146 


Perjalanan diklat calon guru penggerak telah sampai pada modul 1.3. yaitu tentang visi guru penggerak. Kita sering membaca sebuah visi. Entah visi sebuah organisasi, perusahaan, komunitas dan tentu sekolah masing-masing. Beruntung saya berkumpul bersama para CGP saat ini. Masing-masing CGP sangat visioner dengan visi yang disebutkan masing-masing CGP. Dan semakin terasa luar biasa ketika bertemu dalam lokakarya 1. Saling sharing tentang modul visi yang ternyata hampir dirasakan bersama bahwa menarasikan sebuah visi ternyata gampang-gampang susah. Tetapi dengan bimbingan fasilitator dan dalam ruang diskusi elaborasi semakin memberi pencerahan untuk menentukan visi hingga prakarsa perubahan.

Dalam modul ini ada banyak pembelajaran dan manfaat yang didapat untuk melangkah menjadi guru penggerak. Visi sangat memberi pengaruh besar. Pernahkah mencoba menuliskan mimpi-mimpi di note yang ditempel di dinding kamar? Seberapa besar efeknya bagi pemilik mimpi? Yang sudah mencoba pasti bisa menjawabnya. Ya, efeknya dapat membuat si pemilik mimpi terus berusaha menggapainya. Tulisan-tulisan itu mengingatkan bahwa ada yang ingin dicapai. Karena itu visi perlu dinarasikan sebagai rumusan apa yang ingin dicapai.

Jika visi telah ditentukan. Tentu tidak berhenti disitu. Bagaimana mungkin mimpi bisa terwujud jika tak dilakukan setiap jalur langkah yang harus dilakukan. Diperlukan prakarsa perubahan sebagai langkah berikutnya untuk menentukan arah pencapaian mimpi. Buah pikiran diturunkan disini atau inisiatif untuk mengembangkan ke dalam kegiatan yang dapat menjadi sebuah perubahan.

Prakarsa perubahan yang telah ditentukan diejawantahkan ke dalam detail langkah nyata. Hal ini bisa dipermudah dengan Inkuiri Apresiatif. 

Melalui Inkuiri Apresiatif kemudian dilanjutkan pada tahapan ATAP (Awali/Aset, Tantangan, Aksi, Pembelajaran) dan BAGJA ( B-uat pertanyaan, A-mbil pelajaran, G-ali mimpi, J-abarkan rencana, A-tur eksekusi). Tahapan ini mempermudah pelaksanaan kegiatan yang sudah dibuat dalam prakarsa perubahan.

Setelah memahami visi, prakarsa perubahan, tahapan ATAP dan BAGJA. Maka selanjutnya saya membuat visi sebagai guru penggerak yaitu, “mewujudkan siswa  yang beriman taqwa dan berakhlak mulia, mandiri dan kreatif, berintegritas, nasionalis serta berwawasan teknologi”. Dengan visi tersebut prakarsa perubahan yang ingin saya lakukan adalah melaksanakan pembelajaran BTQ untuk meningkatkan kemampuan baca Quran siswa. Dengan membentuk tim semoga kegiatan ini memberi manfaat dalam peningkatan kemampuan baca Quran siswa sebagai implementasi visi siswa yang beriman takwa dan berakhlak mulia.

 

Friday, 25 November 2022

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN CGP MODUL 1.2

 

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN CALON GURU PENGGERAK 

MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Tanggal 12 Nopember-25 Nopember  2022

Oleh : NUR MUARIFAH

CGP Angkatan 7 kelas 7.146

Mempelajari nilai dan peran guru penggerak menjadi sebuah tahapan dalam diklat calon guru penggerak. Nilai dan peran guru penggerak yang sesuai dengan pemikiran KHD artinya seorang guru dalam melakukan pembelajaran harus berpihak kepada murid, mampu berkolaborasi dengan orang lain, terus berinovasi dalam menggunakan metode-metode pembelajaran guna menciptakan kelas yang nyaman dan menyenangkan. Guru penggerak harus memiliki kemandirian, dengan rasa percaya diri mengembangkan kompetensi diri sebagai guru. Guru juga perlu terus berrefleksi terhadap pembelajaran. Untuk bekal introspeksi, menerima umpan balik sehingga perbaikan-perbaikan terus dilakukan.

Guru berperan aktif untuk melibatkan murid sebagai subjek belajar. Saat ini metode berceramah yang monoton tidak lagi selalu relevan. Kesempatan murid berperan aktif diberikan oleh guru melalui pengemasan kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode dan strategi. Guru berperan menuntun dan membimbing murid menemukan pengetahuan yang bermanfaat bagi murid. Menuntun mengembangkan potensi kodrat masing-masing murid sehingga terasahlah potensi yang dimilikinya. Murid diapresiasi setiap karya dan perubahan baiknya. Serta dituntun untuk mengenali kelemahannya. Agar kelemahannya tidak menghambat kesuksesannya kelak.

Kemandirian dan inovasi bagi guru juga suatu hal mendasar yang harus dimiliki oleh guru. Secara mandiri berinisiatif menambah wawasan baik melalui melanjutkan pendidikan, diklat, workshop. Seminar atau webinar. Mengikuti perkembangan zaman yang saat ini semua serba digital. Guru pun perlu menyesuaikan diri. Meningkatkan wawasan digitalnya sebagai wujud memahami kodrat zaman. Kodrat zaman murid saat ini berbeda dengan pendidikan terdahulu. Karena itu guru tak boleh berhenti belajar. Terus belajar sepanjang hayat masih di kandung badan.

Berkolaborasi juga nilai yang tidak boleh ditinggalkan. Jika menginginkan sebuah ketercapaian suatu tujuan maka bekerja sama, saling ketergantungan positif mempercepat dan memperkuat sebuah perubahan.  Selanjutnya kegiatan refleksi, merupakan upaya seorang guru mengenali kekurangan diri sebagai guru dalam menyampaikan suatu metode pembelajaran. Jika dirasa ditemukan banyaknya kekurangan dan kelemahan maka refleksi sebagai sarana mencari formula terbaik pembelajaran.

Untuk menuju sebuah perubahan memang tidak nyaman, jika masih dalam zona nyaman maka artinya tidak berubah. Guru penggerak adalah pelopor perubahan. Sebuah perubahan akan bisa menjadi kebiasaan baru jika dilakukan dengan konsisten, istikomah, berkelanjutan dan terus menerus. Melalui konsistensi penerapan kebiasaan positif yang dibawa dan dilakukan seorang guru penggerak maka diharapkan setiap murid mendapat bimbingan yang optimal mecapai keselamatan dan kebahagian.

 

Friday, 18 November 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

             

Saya selama ini mengalami kesulitan menggerakkan anak-anak dalam memiliki kesadaran intrinsik pembiasaan positif bertingkah laku yang baik. Mencoba menuntun anak-anak belajar supaya memiliki kepribadian yang berkarakter. Kesulitan ini muncul menuntut diri berpikir apa yang salah dengan cara pembelajaran saya. Atau apa yang keliru dari diri sebagai guru selama ini hingga anak-anak masih belum memiliki kesadaran diri merubah pada kebiasaan baik. Saya juga berusaha mencari tahu apakah guru-guru yang lain seperti saya?

             Yang saya rasakan sebelum memahami materi nilai dan peran guru penggerak, saya merasa seperti sendirian mengalami kesulitan dan bertanya-tanya bagaimana cara menggerakkan anak-anak untuk mau berubah lebih baik. Namun setelah mempelajari modul ini dan berdiskusi dengan instruktur  atau pun teman yang lain saya tidak merasa sendirian. Saya belajar setahap demi setahap. Butuh kerja sama orang tua, warga sekolah dan lingkungan yang mendukung. Dan yang terpenting bahwa saya tidak sendirian, jadi...keep spirit!

              Setelah saya belajar dan berdiskusi, masukan-masukan membuat saya terbuka pada tantangan kesulitan menggerakkan anak-anak. Kesulitan adalah sebuah seni paksaan untuk belajar mencoba hal baru. Kondisi seringkali membuat kita berpikir mencari solusi. Keadaan memaksa diri berubah jika ingin hidup lebih baik. Kesulitan sesungguhnya mendatangkan kemudahan. Dan dari kondisi sulit seringkali muncul ide kreatif, inovasi dan upaya baru yang pada akhirnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Sebagai guru penggerak guru perlu memiliki peran diantaranya :

1.      Berpihak kepada murid

2.      Berkolaborasi

3.      Mandiri

4.      Inovatif

5.      Reflektif

Dengan penuh semangat, dan penuh pengharapan saya akan mencoba menncari tahu peran guru yang seperti apa yang dibutuhkan untuk mengefektifkan nilai dan guru yang lain, memulai dari diri sendiri, memiliki daya lenting yang tinggi pada saat menemukan kesulitan, memiliki fleksibiltas bergerak pada berbagai kondisi, menggerakkan atau mengajak orang yang paling dekat, menggerakkan komunitas praktisi hingga konsisten menjalankan pembiasaan positif selama 21 hari.

Salam Guru Penggerak

Semoga  Istikomah, tetap semangat dan bergerak lebih baik.